“Teruslah bergerak menebar manfaat yang bisa kau berikan di Dunia ini. Jangan pernah lelah dan menyerah untuk berkarya… Karena hidup hanya sekali, sayang jika menjalaninya dengan biasa- biasa saja.”

  • Memiliki impian yang tinggi bukanlah jaminan. Miliki lah impian yang bisa membuat kita terus bergerak..!!
  •  Kebahagian yang sejati, bukan berfokus mencari yang di luar. Tapi mulai berfokus apa yang sudah dimiliki.
  •  Jika hari ini Kita melakukan banyak hal yang tidak dilakukan orang lain… Maka kelak Kita juga akan mendapatkan banyak hal yg tidak diraih orang lain.
  •  Allah sudah menjamin kebutuhanmu di dunia ini, maka janganlah engkau terus menggelisahkannya. Tapi Allah belum menjaminkan bagimu mengenai nasibmu di akhirat nanti, maka bergelisahlah tentangnya.
  •  Dunia terlihat indah tapi menipu. Akhirat itu sangat indah tapi tak terlihat. Maka, lampauilah keindahan dunia dengan terus berwawasan akhirat.

  •  Bukan karena TIDAK BAHAGIA lalu kita MENGELUH, tapi karena sering MENGELUHlah kita menjadi TIDAK BAHAGIA. Bukan karena BANYAK MASALAH lalu kita mengeluh, tapi karena kita hobi MENGELUH maka kita dipantaskan-NYA untuk banyak mendapatkan MASALAH.
  •  Waktu lebih berharga dari uang. Kekayaan diukur dalam waktu, bukan dalam nilai uang. Berapa banyak waktu yang kita miliki, itulah kekayaan sejati kita.
  • Keberhasilan tidak akan datang mengetuk pintu rumah kita begitu saja, tetapi keberhasilan akan datang jika kita menjemputnya.
  •  Banyaknya pengangguran bukan lah karena sempitnya lapangan pekerjaan, namun karena sempitnya hati untuk bekerja dengan lapang.
  •  Knowing is not enough, we must apply! Willing is not enough, we must do!
 
  •  Jika Kita berani memiliki KEINGINAN maka Kita harus berani memiliki KEYAKINAN untuk mencapainya.
  •  Pintarkan otakmu dengan cara membersihkan hatimu. Marketingkan produkmu dengan cara memarketingkan dirimu terlebih dahulu di hadapan Allah SWT.
  •  Kejarlah makhluk dengan cara membiarkannya berlari, Kejarlah dunia dengan cara mengejar akhirat, Kejarlah akhirat dengan cara mengejar Tuhan, Kejarlah Tuhan dengan cara-Nya.
  •  Begadanglah dengan cara Sholat Tahajud yang nikmat… Redakan emosimu dengan cara Tilawah Quran yang tartil sepenuh hati, Kayakan dirimu dengan cara Sedekah yang tak kau hitung-hitung balasannya.
  •  Ringankan hidupmu dengan cara menerima beban yang ada, Ikatlah hasratmu dengan cara melepaskannya, Marahlah pada sesama dengan cara memaafkannya.
 
  •  Tidak perlu menunggu banyak dosa baru beristighfar, tapi beristighfarlah selalu karena pada dasarnya Kita sudah terlalu banyak dosa, dengan sering melupakan dan meninggalkan diriNya.
  •  Api kesuksesan tidak membara begitu saja. Kita harus menyalakan apinya lebih dulu dalam diri kita.
  •  Apapun hasil akhirnya,memutuskan untuk menjadi Juara akan jauh lebih baik dari pada hanya sekedar berlari.
  •  Apa yang terjadi di dunia ini pasti sudah dirancang oleh Tuhan. Jadi kita jangan suka mengeluh, karena rancanganNya selalu yang terbaik bagi kita.
  •  Apa yang bagus hari ini, besok akan menjadi biasa- biasa saja. Good is not enough.!!
  •  Memang perubahan tidak menjamin keberhasilan, tetapi tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa perubahan.

  • Tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang ada hanyalah niat yang terlalu rendah untuk berani melangkah.
  • Hidup bukan sekedar pilihan (pasif), tapi harus berani memilih (aktif).
  •  Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jika kita focus mencari solusi dan berhenti mencari alasan.
  •  Jangan terjebak masa lalu dan jangan terlalu sibuk memikirkan masa depan. Tapi fokuslah dengan Apa yang sedang kita lakukan saat ini.
  •   Seseoran menjadi sangat lemah saat ia sedang emosi. Maka taklukkan lah Duniamu dengan kesabaran.

  •  Jika keadaan tidak mendukung, maka dukung lah diri kita sendiri. Jangan membatasi impianmu dengan pendapat orang lain.
  •  Tanpa harapan dan semangat, kita seperti ‘mati’ sebelum mengalami kematian yang sesungguhnya.
  •  Saat kita memutuskan untuk menyerah, pada saat itu juga kita telah melepaskan suatu keberhasilan dari genggaman tangan.
  •  Ilmu yang dimiliki belum berarti, sebelum kita mau mengamalkannya. “Knowledge is nothing, but applying what you know is everything”.
  •  Gagal itu sudah Resiko!! Sukses juga itu Resiko!! Tidak mencoba itu Jauh Lebih Beresiko!!

  • Keberanian tidak selalu disuarakan dgn lantang. Kadang, keberanian adl bisikan pelan di penghujung hari yang berkata: “Besok saya akan mencoba lagi.!
  •  Orang jujur bisa jadi kalah sukses dengan orang yang curang. Namun kesuksesan yang dibangun dengan curang ibarat sebuah bagunan dengan pondasi jerami, yang mudah goyang dan hancur.
  •  Jangan mengeluh kepada Tuhan jika nasib kita jelek, karena kitalah aktor dibalik itu semua.
  •  Bersyukurlah terhadap apa yg telah diraih. Bersyukur bukan berarti cepat puas, tapi tetap berusaha, karena percaya yang TERBAIK belum datang.
  •  Waktu kecil orang- orang berkata “Mimpilah setinggi langit”. Namun saat dewasa, orang- orang berkata: “Jangan mimpi tinggi- tinggi, kalau jatuh sakit!” Anak kecil memiliki keyakinan yang lebih tinggi dari siapapun. So, Belajarlah dengan anak kecil, dan jangan batasi impianmu.
 

 

  • Kehidupan yang Indah tidak dibangun begitu saja, semuanya dibangun dengan usaha, kerendahan hati, kejujuran, dan cinta.
  •  Time is like a river. You cant touch same water twice, because the flow has passed will never pass again. So, manage your time..!
  •  Life simply, love generously, care deeply, and speak kindly. ‘Get your beautiful life’.
  •  Fight for your dream. And your dream will fight for you..!!
  •  Your best day are not behind you. They are in front of you. ‘Reach and Get it..!!
  •  Perubahan memang tidak menjamin keberhasilan. Tapi tidak ada suatu keberhasilan tanpa adanya perubahan.

  • Setiap orang mempunyai karakteristik yang berbeda. Tapi, tetap jadilah diri sendiri dengan versi terbaik yang kita miliki.
  •  Masalah akan membuat kita terpuruk, hanya bila kita mengizinkannya. Karena kita diciptakan lebih besar dari setiap masalah yang ada.
  •  Diam bukan berarti kalah, dan Bicara juga bukan berarti menang. Salah satu wujud kemenangan adalah dengan Diam dan Bertindak.
  •  Materi blum tentu menghasilkan cinta yang sempurna, tapi dengan cinta yang sempurna kita bisa lebih semangat untuk menghasilkan materi.
  •  Gagal memang pahit, namun lebih akan segera terasa manis jika Kita tetap berjuang dan tidak menyerah.

Bagian- bagian Bekisting dan Perancah

Bagi yang bergelut di dunia teknik sipil, khususnya Kontraktor/ pelaksana, bekisting dan perancah sudah menjadi senjata dan peralatan wajib yang akan digunakan khususnya dalam proyek gedung, jembatan, dll. Namun jangan anggap remeh loh… Hasil survei di lapangan membuktikan, bahwa banyak para pelaksana yang tidak tahu nama- nama/ elemen dari bekisting dan perancah #Uhuuuk :D. Maka tak heran sering terjadi miss communication dalam pemasangannya. Nah, berikut Kami tampilkan elemen- elemen dari bekisting dan perancah yang digunakan dalam proyek gedung. Semoga dengan sepenggal ilmu ini, kita dapat lebih memahami proses pelaksanaan konstruksi

STRUKTUR JEMBATAN

Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa: sungai / lintasan air, lembah, jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur bawah jembatan adalah pondasi. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan.

5 Prinsip Pemilihan Konstruksi Jembatan

  • Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat) bos
  • Harga Murah (manfaatkan material lokal)
  • Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
  • Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masy)
  • Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air

Hal  Hal Yang Harus Diperhitungkan Dalam Pembuatan Pondasi

  • Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
  • Jenis tanah dan daya dukung tanah
  • Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
  • Alat dan tenaga kerja yang tersedia
  • Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
  • Waktu dan biaya pekerjaan

Pemilihan Letak Jembatan

  1. Pilih Bentang Terpendek
  2. Hindari Lokasi Belokan Sungai
  3. Hindari Tinggi Abutment yang Tinggi

Bangunan Pelengkap Jembatan

1. Sayap Jembatan
Fungsi : Menahan tebing sungai dan pangkal jembatan
2. Krib

Fungsi : Mengarahkan & mengurangi hantaman air pada sayap & pangkal jembatan yang terletak di belokan sungai.

3. Oprit

Fungsi : Jalan masuk ke Jembatan & Tanjakan maksimum 12%

Jenis Konstruksi & Batasan Jembatan yang “Biasa” atau“Disarankan” di PPK :

  • Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
  • Jenis tanah dan daya dukung tanah
  • Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
  • Alat dan tenaga kerja yang tersedia
  • Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
  • Waktu dan biaya pekerjaan

Catatan : Jembatan dengan jenis konstruksi khusus & panjang bentang diluar keempat jenis diatas, perlu persetujuan dari KMT.

Ada beberapa jenis konstruksi yaitu :

1. Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu

Kelebihan :

  • Harga Murah (jika ada kayu di desa setempat)
  • Konstruksi Sederhana
  • Kekuatan Gelagar (besi) Terjamin
  • Perawatan Mudah & Murah
  • 5.Gelagar Besi Awet (jika terlindung dari karat)
Kekurangan :
  • Kayu Lantai Sering Lapuk (apalagi kualitas kayu rendah)
  • Kenyamanan Lalu Lintas Kurang
2. Jembatan Beton Bertulang

Kelebihan :

  • Awet (tidak mengenal istilah lapuk seperti kayu)
  • “Relatif” Tidak Perlu Perawatan
  • Nyaman bagi Lalu Lintas
  • Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang panjang krn kualitas baik
Kekurangan :
  • Harga Mahal jika kualitas jelek shg umur pakai pendek
  • Konstruksi Lebih Rumit
  • Perlu Pengawasan Ketat untuk Menjamin Kualitas Beton
  • Pondasi Perlu Lebih Kuat (beban konstruksi lebih berat)
  • Lebih Sulit dalam Perbaikan, jika ada kerusakan
  • Kesalahan dalam “pengecoran” Sulit Diperbaiki

3. Jembatan Gantung

Kelebihan :

  • Bentang Cukup Panjang
  • Harga Murah
  • Konstruksi Sederhana
  • Pelaksanaan Mudah
  • Kabel Baja “Awet”
  • Tidak Ada Pekerjaan “Pondasi di Air atau Pilar”

Kekurangan :

  • Kayu Lantai Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
  • Hanya bisa untuk Kend Roda 2 (untuk bisa kend roda 4 harus ada perhitungan yang rumit)
  • Kurang Nyaman (kondisi yang bergoyang)

4. Jembatan Gelagar & Lantai Kayu

Kelebihan :

  • Harga Murah (apalagi jika ada kayu di desa setempat)
  • Konstruksi Sederhana
  • Pelaksanaan Mudah
  • Pemeliharaan Cukup Mudah
Kekurangan :
  • Kayu Kurang Awet atau Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
  • Sedikit Kurang Nyaman bagi Lalin

Pondasi Jembatan

3 Jenis Pondasi Jembatan yang “Biasa” atau “Disarankan” di PPK :

1. Pondasi Langsung

  • Bahan pasangan batu kali atau beton bertulang
  • Cocok untuk jenis tanah yang sedang hingga keras

2. Pondasi Pancang Sederhana

  • Bahan tiang dari beton bertulang atau kayu
  • Cocok untuk jenis tanah yang lunak

3. Pondasi Sumuran

  • Bahan dari adukan beton
  • Cocok untuk jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam

Penjangkaran Tanah (Ground Anchor)

Metode pemboran ini dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya.

1. Tipe Jangkar
  • Penjengkaran dengan tahanan geser
  • Penjangkaran dengan plat pemikul
  • Penjangkaran gabungan
2. Metode Penjangkaran
  • Metode penjangkaran dengan grouting
  • Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS)
  • Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji)
  • Metode penjangkaran plat
  • Metode jangkar UAC
3. Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting
  • 3 Bagian Penting Penjangka- Anchorage

    – Free stressing (unbonded) length

    – Bond length

  • Grouting
  • Material Tendon
  • Spacers & Centralizers

Jenis Pilar Tipikal

Jenis Pilar Tipikal

Bentuk Pilar Lain

Toleransi

1. Denah
  • Abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm
  • Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm
2. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan
  • Panjang bentang 1.0 cm
  • Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm pada tiap abutmet atau pilar
3. Elevasi Permukaan
  • Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
  • Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm
4. Penahan Horizontal
  • Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm
5. Perletakan
  • Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
  • Lokasi 2.0 cm
 

Analisis Kebutuhan Air Irigasi

sipilAnalisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990) :

KAI = ET + KA + KK……………………………………………………………….(4.1)

dengan,
KAI = Kebutuhan Air Irigasi
ET = Evapotranspirasi
KA = Kehilangan air
KK = Kebutuhan Khusus

Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut

KAI = 5 + 2 + 3
KAI = 10 mm perhari

Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitu pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.
PAI = KAI – HE – KAT……………………………………………………………..(4.2)

dengan,
PAI = Pemberian air irigasi
KAI = Kebutuhan air
HE = Hujan efektif
KAT = Kontribusi air tanah

Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per hari, maka air yang perlu diberikan adalah :
PAI = 10 – 3 -1
PAI = 6 mm per hari

I. Kebutuhan Air Padi di Sawah

Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini

  1. pengolahan lahan
  2. penggunaan konsumtif
  3. perkolasi
  4. penggantian lapisan air
  5. sumbangan. hujan efektif.

Kebutuhan air total di sawah merupakan jumlah faktor 1 sampai dengan 4, sedangkan kebutuhan netto air di sawah merupakan kebutuhan total dikurangi faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan mm/hari ataupun lt/dt.

A. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi

Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika dibandingkan tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

  1. karakteristika tanah
  2. waktu pengolahan
  3. tersedianya tenaga dan ternak, serta
  4. mekanisasi pertanian.

Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut.

dengan,
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanah
d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01). Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut

Dengan,

IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
Eo = Evaporasi potensial (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
k = konstanta
T = jangka waktu pengolahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)
e = bilangan eksponen: 2,7182

B. Penggunaan konsumtif

Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air
di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.

ET = kc x Eto…………………………………………………………………………..(4.7)

dimana :
ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)
ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari)
kc = Koefisien tanaman

Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif
akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc).
Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada Tabel dibawah disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO.

Harga Koefisien Tanaman Padi

Yang dimaksud ETo, adalah evapotranspirasi tetapan yaitu laju evaportranspirasi dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15 cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air. Evapotranspirasi tetapan disebut
juga dengan evapotranspirasi referensi/ keluar. Terdapat beberapa cara untuk menentukan evapotranspirasi tetapan, salah satunya seperti yang diusulkan oleh Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut :

ETo = Epan . kpan ……………………………………………………………………….(4.8)

dengan :
ETo = Evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari)
Epan = Pembacaan panci Evaporasi
kpan = koefisien panci

C. Perkolasi

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk
menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

D. Penggantian lapisan air

Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan).

E. Hujan Efektif

Untuk menentukan besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan air oleh tanaman, terdapat beberapa cara, diantaranya secara empirik maupun dan simulasi. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah hujan di setasiun terdekat, dengan panjang pengamatan selama 10 tahun. Pembahasan mengenai analisis hujan efektif telah dibicarakan pada Bab 3.

F. Hitungan Kebutuhan Air Untuk Padi di sawah
Tahapan yang dilakukan untuk analisis kebutuhan air untuk padi di sawah adalah

  1. analisis hujan efektif
  2. analisis kebutuhan air di lahan.

G. Contoh Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi di Lahan

Apabila telah tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) data jenis tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan efektif, maka analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat dilakukan. Dalam modul ini disertakan program komputer sederhana untuk menganalisis kebutuhan air untuk tanaman padi. Apabila diketahui data evaporasi seperti pada Tabel 4.2, hasil analisis hujan efektif seperti pada contoh Tabel 3.2, serta jenis tanah adalah lempung berpasir, maka analisis kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan prosedur seperti tersebut di atas. Hasil analisis kebutuhan air untuk tanaman padi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

Hasil Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi

II. Kebutuhan Untuk Tanaman Selain Padi

Tanaman selain padi yang dibudidayakan oleh petani pada umumnya berupa palawija. Yang dimaksudkan dengan palawija adalah berbagai jenis tanaman yang dapat ditanam di sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan air. Lazimya tanaman palawija ditanam di lahan tegalan. Dipandang dari jumlah air yang dibutuhkan, palawija dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu.

  1. palawija yang butuh banyak air, seperti bawang, kacang tanah, ketela.
  2. palawija yang butuh sedikit air, misalnya cabai, jagung, tembakau dan kedelai.
  3. palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, misalnya ketimun dan lembayung.

Maksud analisis kebutuhan air untuk tanaman palawija terutama untuk mengetahui luas lahan yang direncanakan untuk tanaman padi maupun palawija berkaitan dengan ketersediam air pada bangunan pengambilan sehingga kegagalan usaha pertanian dapat dihindari. Dengan kata lain hitungan kebutuhan air untuk palawija digunakan sebagai dasar untuk melakukan usaha pertanian sesuai dengan
jumlah air yang tersedia. Pemberian air untuk palawija akan ekonomis jika sampai kapasitas lapang, lalu berhenti dan diberikan lagi sampai sebelum mencapai titik layu. Analisis kebutuhan air untuk tanaman palawija dihitung seperti untuk tanaman padi, namun ada dua hal yang membedakan, yaitu pada tanaman palawija tidak memerlukan genangan serta koefisien tanaman yang digunakan sesuai dengan jenis palawija yang ditanam.

A. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan palawija

Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam yang diterapkan. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan sejumlah 50 – 120 mm untuk tanaman ladang dan 100 – 120 mm untuk
tanaman tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus misalnya ada tanaman lain yang segera ditanam setelah tanaman padi.

B. Penggunaan konsumtif tanaman palawija

Untuk menentukan penggunaan konsumtif cara yang digunakan seperti pada tanaman padi hanya koefisien tanaman yang berbeda. Nilai koefisien beberapa jenis tanaman yang direkomendasikan oleh Kriteria Perencanaan Irigasi seperti terlihat pada Tabel 4.6. Sedangkan nilai koefisien tanaman tebu diperlihatkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Koefisien Tanaman Beberapa Tanaman Palawija

Tabel 4.7 Nilai Koerisien Tanaman Tebu

III. Kebutuhan Air di Bangunan Pengambilan

Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak terlepas dari kebutuhan air di sawah. Untuk memenuhi jumlah air yang harus tersedia di pintu pengambilan guna mengairi lahan pertanian dinyatakan sebagai berikut :
DR = ( IR . A ) / Ef……………………………………………………………………………..(4.9)

Dengan,
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt)
IR = Kebutuhan air irigasi (l / det / ha)
A = Luas areal irigasi (ha)
EF = Efisiensi irigasi (%)

 

Balok Untuk Nyebrang Parit: Berdiri atau Tidur???? (^_^) gimana dong

Kasusnya adalah:

Misalkan anda punya sebatang balok kayu, katakanlah ukurannya 5×10 cm. Balok itu akan digunakan untuk menyeberangi sebuah parit yang cukup lebar, kebetulan panjang balok cukup. Masalahnya, bagaimana anda akan meletakkan balok itu? Apakah pada posisi berdiri (lebar 5cm, tinggi 10cm) atau posisi tidur (lebar 10cm, tinggi 5cm)?

truss05

Komentar admin:

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

STRENGTH alias KEKUATAN

    • Sebagai engineer sipil/struktur, yang pertama kali yang harus dicek adalah kekuatan atau STRENGTH. Dalam hal ini, kita tentu akan butuh data-data seperti: panjang/lebar parit dan besarnya beban. Dari situ bisa dihiung MOMEN LENTUR yang terjadi.
    • Balok posisi berdiri mempunyai tahanan terhadap momen lentur yang lebih besar daripada balok posisi tidur. Ini karena MODULUS PENAMPANG-nya lebih besar. (S = 1/6*b*h^2). Contoh lain, kalo anda lihat Tabel Profil Baja Gunung Garuda, untuk parameter “kekuatan” yang selalu diperhatikan adalah bagian Sx dan Sy, yaitu modulus penampang.
    • Kekuatan GESER juga harus dicek, tapi untuk posisi balok tidur dan berdiri tidak ada bedanya, karena parameter yang digunakan untuk tahanan geser adalah LUAS PENAMPANG.

STABILITAS

  1. Balok posisi berdiri, jika ditumpu begitu saja, lebih TIDAK STABIL dibandingkan dengan balok posisi tidur, karena balok posisi berdiri kalo bagian atasnya kena dorongan ke arah samping, bisa berpotensi “jatuh” membentuk posisi tidur. Kecuali kalo kedua ujungnya ditahan/dijepit sehingga tidak bisa berputar/jatuh.

LENDUTAN (dan GETARAN)

  1. Kalo lendutan, pasangannya adalah MOMEN INERSIA (1/12*b*h^3). Semakin besar momen inersia, semakin kecil lendutannya.
  2. Kalo getaran, ini mungkin level:advance. Kasusnya gini, jika kita melangkah dengan langkah yang cenderung konstan, itu artinya kita memberikan beban secara periodik kepada struktur. Yaaa… ekstrimya kali aja kita mau iseng nyebrang parit lewat jembatan sambil loncat pocong. Intinya faktor vibrasi pasti ada.

KENYAMANAN

  1. Beberapa komentar sudah menyebutkan aspek kenyamanan, itu sangat betul. Balok posisi tidur tentu lebih mudah dipijak daripada balok posisi berdiri.

Itu aja sih menurut kami. Untuk struktur yang lebih komplek, biasanya dicek lagi DURABILITAS (daya tahan terhadap waktu), dan biasa… UUD.. Ujung-Ujungnya Duit…

Cara Menghitung Volume Beton Bertulang

Katakanlah saya punya balok dengan ukuran 30/50 dengan panjang 5 meter, dengan tulangan yang saya rencanakan adalah 3D16 dibagian atas (bagian tekan), dan 2D16 dibagian bawah (bagian tarik), serta beugel/sengkangnya adalah Ø8 jarak 15 cm (Ø8-150), penutup beton direncanakan 5 cm

sloof2

Pertanyaan :

  1. Hitunglah kebutuhan tulangan utama ?
  2. Hitunglah kebutuhan tulangan sengkang/beugel ?
  3. Hitunglah Berat besi per meter3  beton ?

Jawab :

1. Tulangan utama = 3D16 + 2D16 = 5D16 ( D16 dengan jumlah 5 buah ), karena panjang baloknya adalah 5m, maka volume besi tulangan D16 adalah 5D16 x 5m’ = 25 m’.

– Besi yang dipakai adalah besi KS (krakatau Steel), jadi panjang yang didapat adalah betul-betul panjang yang standard yaitu = 12 m, sehingga kebutuhan besinya adalah 25/12 = 2.083 lonjor

– Berat per meter’ besi D16 = 0.006165 x 162  x 1 = 1.574 kg

– Total berat besi = 1.574 kg x 25 = 39.36 kg

– Jadi kebutuhan tulangan utama adalah 2.083 lonjor ( berat = 39.36 kg)

2. Panjang sengkang sisi horizontal = 30 cm – lebar penutup beton kiri – lebar penutup beton kanan = 30 cm – 5 cm – 5 cm = 20 cm

– Panjang sengkang sisi vertikal = 50 cm – lebar penutup beton atas – lebar penutup beton bawah   = 50 cm – 5 cm – 5 cm = 40 cm

– Bengkokan sengkang = 5 cm + 5 cm = 10 cm

– Panjang satu buah sengkang adalah = 40 cm + 20 cm + 40 cm + 20 cm + 10 cm = 130 cm = 1.3 m

– kebutuhan besi sengkang per 5m panjang balok dengan jarak tiap sengkang = 15 cm = 0.15 m adalah = (5m / 0.15m)  = 33.33 buah

– Kebutuhan total besi sengkang per 5m panjang balok = 33.33 x 1.3 m = 43.33 m’

– Besi yang dipakai adalah besi full ( panjang dipasaran biasanya = 11.7 m), jadi kebutuhannya adalah = 43.33 m / 11.7 m = 3.7 lonjor………….. ( 4 lonjor)

– Berat 1 lonjor dari besi Ø8 = 0.006165 x 82 x 11.7 = 4.616 kg, maka jika yang dibutuhkan 4 lonjor, maka beratnya = 4.614 kg x 4 = 18.46 kg

– Jadi kebutuhan tulangan sengkangnya adalah 4 lonjor ( berat = 18.46 kg )

3.  Berat besi per meter2 beton adalah :

– Berat besi D16 = 39.36 kg

– Berat besi sengkang = 18.46 kg

– Volume beton = (0.3 x 0.5) x 5 m = 0.75 m3

– Berat besi D16 per m3 = 39.36 / 0.75 = 52.48 kg/m3

– Berat besi sengkang Ø8  per m3 = 18.46 / 0.75 = 24.61 kg/m3

– Total berat besi secara keseluruhan = 52.48 kg/m3 + 24.61 kg/m3 = 77.09 kg/m3

– Berat besi per m3 beton (dalam prosentase) adalah = (77.09 kg / 7850 kg/m3) x 100% = 0.98 %……….(catatan : 7850 kg/m3 = berat jenis besi)

Catatan :

Dalam perdagangan di toko-toko bahan bangunan atau material, terdapat bermacam-macam istilah besi untuk pembesian (tulangan beton), diantaranya adalah besi KS (Krakatau Steel), Besi full, besi banci, dan sebagainya.

Besi KS adalah besi dengan diameter utuh dan panjang standard. Misalnya besi KS diameter 22 mm, bila diukur dengan menggunakan alat ukur suighmat (mistar sorong yang merupakan alat ukur ketebalan dengan ketelitian hingga 0.01 mm) maka akan diperoleh diameter 22 mm dan panjang 12 m (panjang standard) sehingga tidak berkurang atau sama dengan yang disebutkan.

Besi full adalah besi dengan diameter penuh sesuai diameter besi yang disebutkan. Misalnya, besi 16 mm tetap memiliki ketebalan dengan dengan diameter 16 mm, tetapi panjangnya terkadang ada yang kurang dari standard 12 m (umumnya hanya 11.7 m)

Besi banci adalah besi yang tidak sesuai dengan ukuran dan diameter dan panjangnya itu sendiri, misalnya, besi diameter 12 mm yang bila diukur dengan mistar sorong, hanya diperoleh 10.5 mm, dan panjangnya pun hanya 11 m

You might also like:

Cara Menghitung Kebutuhan Atap Rumah

Sebelum menghitung kebutuhan atap rumah, maka perlu diketahui lebih dahulu luasan dari atap tersebut. Setelah luasan dari atap tersebut diketahui, maka kebutuhan penutup atap (jumlah gentengnya) dapat dihitung dengan mudah.

Nah,….sekarang bagaimanakah caranya untuk menghitung luasan dari sebuah atap ?….

Berikut adalah caranya :

Katakanlah sekarang saya mempunyai rumah dengan model atap Hip Roof (atap perisai) dengan ukuran atap sedemikian rupa, dan rencananya saya akan memakai penutup atap genteng beton dengan ukuran panjang 40 cm  (dimana tiap 1m2 = 11 buah genteng beton). Sudut kemiringan atap sebesar 35o

ATAP GABLE

PLAN VIEW

Ukuran dari atapnya adalah sebagai berikut :

PLAN ATAP

Nah…Kira-kira saya harus beli barapa buah genteng ya untuk atap saya ini???,..he..he..he

Mudah kok ngitungnya, perhatikan baik-baik ya,..(mohon maaf jika pembahasannya agak sedikit bertele-tele, karena memang pembahasan ini ditujukan terhadap reka-rekan yang belum memahami dan mengerti tentang cara menghitung kebutuhan atap rumah). Ok! mari kita lanjutkan,….

atap genteng 3

dari gambar denah atap diatas, kita bagi menjadi enam segmen luasan atap. Coba anda perhatikan, dari gambar denah atap tersebut terdapat tiga bentuk model bidang tembereng atap.

  1. Yang pertama berbentuk segitiga ( segmen C & F )
  2. Yang kedua berbentuk jajaran genjang ( segmen B & E )
  3. Yang ketiga berbentuk trapesium ( segmen A & D )
  •   Untuk yang berbentuk segitiga ( segmen C & F ), luasannya bisa dicari dengan rumus = 1/2 x alas x tinggi
  •   Untuk yang berbentuk jajaran genjang ( segmen B & E ), luasannya bisa dicari dengan rumus = panjang x lebar tembereng
  •   Untuk yang berbentuk trapesium ( segmen A & D ), luasannya bisa dicari dengan rumus = ( jumlah sisi sejajar x tinggi) / 2

Baiklah, kita akan hitung atap yang berbentuk segitiga dulu ( segmen C & F )

Perhatikan gambar dibawah ini :

SECTION ROOF G

untuk menghitung luas segmen C atau F, kita harus mengetahui dulu panjang tembereng/ jurainya ( lihat garis yang saya beri pake warna merah ), untuk menghitung panjang dari garis tembereng ini kita harus menghitung dulu tinggi dari alas ke Nok ( lihat garis yang saya beri pakai warna biru), dan garis diagonal yang berwarna hijau (lihat gambar diatas).

Ok! sekarang kita akan menghitung dulu tinggi atau panjang dari garis biru tersebut,

menghitung tinggi/ panjang dari garis biru

atap hif roof section

L = 6.00 m

tinggi dari garis tersebut adalah :

tan α = ( tinggi dari garis tersebut / setengah panjang L )

tinggi dari garis tersebut = tan α x setengah panjang L

                                    = tan 35o x  (0.5 x 6)

                                    = 2.101 m

tingginya sudah ketemu yaitu sebesar 2.101 m, sekarang kita cari panjang sisi miringnya

atap hif roof8

panjang sisi miring =   2.1012  +   (1/2 L)2

                            =   2.1012  +  (1/2 x 6)2

                            =     3.662 m

menghitung panjang dari garis diagonal (warna hijau)

SECTION ROOF D

rumus phytagoras :

panjang garis diagonal warna hijau =   32 +  32

                                                   =    18

                                                   =    4.242 m

menghitung panjang dari garis jurai/tembereng atap (warna merah)

rumus phytagoras :

panjang tembereng =  garis warna biru2 + garis warna hijau2

                            =   2.1012  +  4.2422

=   22.409

=   4.733 m

Nah….dengan diketahui panjang dari garis tembereng (jurai) ini, maka luasan dari setiap segmen dapat dihitung dengan mudah,

SECTION ROOF F

  • Luas segmen A

Luas segmen A = ( jumlah sisi sejajar x tinggi) / 2

= ( ( 9 + 15 ) x 3.662 ) / 2

= 43.944 m2

  • Luas segmen B

Luas segmen B =  panjang tembereng  x  alas

=  4.733  x  9

42.597 m2

  • Luas segmen C

Luas segmen C = (alas x tinggi) / 2 = (6 x 3.662) / 2 = 10.986 m2

  • Luas segmen D

Luas segmen D = ( jumlah sisi sejajar x tinggi) / 2

= ( ( 4 + 10 ) x 3.662 ) / 2

= 25.634 m2

  • Luas segmen E

Luas segmen E =  panjang tembereng  x  alas

=  4.733  x  4

18.932 m2

  • Luas segmen F

Luas segmen F = (alas x tinggi) / 2 = (6 x 3.662) / 2 = 10.986 m2

 

  • Total Seluruh Luasan

Luas segmen  =  A + B + C + D + E + F

=  43.944 + 42.597 + 10.986 + 25.634 + 18.932 + 10.986

153.079 m2

  • Jumlah Atap Genteng Yang dibutuhkan

– Genteng Beton ( 1m2 = 11 buah )

– Luas Atap = 153.079 m2

– Jumlah atap genteng yang dibutuhkan = 153.079 m2  x  11 buah/m2

= 1683.689 buah

– dibulatkan menjadi = 1684 buah

 

Sekian dulu ulasan saya,…

Semoga bermanfaat…..

Menghitung Kebutuhan Ruang Tangga

Untuk bisa meletakkan tangga secara efisien, Anda perlu tahu menghitung kebutuhan ruang tangga. Untuk tangga bordes, panjang tangga didapat dari selisih ketinggian antar lantai dibagi dengan tinggi anak tangga dan kemudian dikalikan dengan ukuran lebar anak tangga (lihat gambar)

tangga

rumus panjang tangga :

rumus tangga

Selisih ketinggian (h2-h1) merupakan ruangan, sedangkan tinggi anak tangga(t) dan lebar anak tangga (a) bisa Anda tentukan sendiri. Tinggi dan lebar anak tangga mempengaruhi kenyamanan dalam menggunakan tangga. Panjang tangga yang dapat dari perhitungan, setelah dicocokkan ke dalam ruangan, bisa menentukan apakah tangga tersebut masih memungkinkan berbentuk lurus, atau harus berbentuk L, U, dan lain sebagainya. Untuk sebuah ruangan dengan tinggi 3m, tinggi anak tangganya 15 cm dan lebarnya 25 cm, maka panjang anak tangga bisa dihitung sebagai berikut :

Contoh perhitungan :

h1 = posisi nol lantai (± 0.00)

h2 = 3.00 meter

Tinggi pijakan /anak tangga (t) = 15 cm

Lebar pijakan / anak tangga (a) = 25 cm

Panjang tangga :

= ( (300 – 0) /15) – 1 ) x 25 cm

= 20 x 25 cm

= 475 cm atau 4,75 m

Berkenalan Dengan Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas & Daktalitas Material (Part-1)

mesin-uji-tarik

Kalau kita akan mendesain sebuah struktur bangunan yang direncanakan dengan menggunakan konstruksi beton bertulang, tentunya kita tidak asing lagi dengan beberapa parameter seperti f’c, fs, fy, fu, εs, εy, εc,  Ec dan Es.

Parameter2 tersebut adalah parameter yang berkenaan dengan tegangan, regangan dan modulus elastisitas beton dan baja.

Dalam desain beton bertulang, parameter2 ini memegang peranan penting dalam perhitungan, karena nilainya dijadikan acuan dalam analisa perhitungan selama proses perencanaan berlangsung.

Lho kok bisa,…?

Mudahnya seperti ini sobat,…

1. Kalau kita ingin mengetahui nilai regangan leleh (εy) dari sebuah baja tulangan, kira-kira bisa tidak ya kita ketahui nilainya jika nilai modulus elastisitas baja tulangannya (Es) tidak kita ketahui atau kita abaikan?. Atau mungkin sebaliknya, parameter modulus elastisitas (Es) kita ketahui tapi nilai (parameter) tegangan leleh tarik baja tulangannya (fy) tidak kita ketahui, kira-kira bisa tidak ya kita ketahui nilai regangan lelehnya (εy) ?

smile_sad hmmm,… ya mana mungkin bisa,  kan  εy  =  fy / Es

2. Seandainya parameter atau nilai regangan lelehnya tidak diketahui, kira2 dengan patokan parameter apa ya, kita bisa menilai atau mengetahui leleh dan tidaknya tulangan yang terpasang pada balok atau kolom untuk kondisi dan pembebanan tertentu?

smile_sad hmmm,… ya tidak ada. Sekarang coba lihat gambar dibawah ini

LELEH

Dari diagram kesetimbangan tegangan-regangan diatas bisa dilihat bahwasanya leleh atau tidaknya tulangan (As) bisa dicek atau diketahui dari besarnya nilai (regangan) εs. Jika nilai  εs <  εy maka tulangan belum leleh, tapi jika εs >=  εy maka tulangan sudah leleh.

Jadi tahu leleh dan tidaknya tulangan pada balok tergantung dari parameter εy. Patokannya ada di paremater regangan leleh (εy)  hmmm… smile_regular

—————————————————————————————————————————————————————————-

catatan :smile_omg

dalam desain beton bertulang, mengetahui leleh dan tidaknya tulangan (misal pada balok)  itu sangat penting lho, karena ini hubungannnya dengan sifat penulangannya, apakah termasuk bertulangan kuat, lemah atau seimbang. Jika tulangan sudah mencapai leleh sebelum beton mencapai regangan batas, maka balok sudah memenuhi dan masuk dalam kategori tulangan lemah, ini yang diharapkan dan dikehendaki dalam perencanaan. Tapi apabila tulangan belum mencapai leleh tapi beton sudah mencapai/melampaui regangan batas, maka balok masuk dalam kategori bertulangan kuat (Over reinforcement), ini yang tidak boleh dan harus dihindari dalam perencanaan, karena hancurnya beton saat beban batas tidak diawali dengan adanya tanda-tanda (lendutan) seperti pada balok bertulangan lemah, tapi secara mendadak atau tiba-tiba.

—————————————————————————————————————————————————————————-

3. Kira2 bisa tidak ya kita mendesain kebutuhan tulangan dari pelat, balok atau kolom jika tidak memasukan parameter tegangan tekan beton (f’c) dan tegangan tarik leleh baja tulangan (fy) dalam proses perencanaanya?

smile_sad hmmm,… ya jelas ndak bisa donk

4. Kira2 software hitung struktur merek apa dan dari vendor mana ya yang bisa mendesain kebutuhan tulangan balok, kolom dari sebuah konstruksi bangunan beton, jika tanpa memasukan data f’c dan fy ?

smile_angry Wah jangan ngawur, Ya jelas gak ada donk!,  mana ada software seperti itu,…

Nah Sobat,… dari sini saja bisa kita ketahui bahwa keberadaan parameter2 tersebut sangat penting sekali dalam proses perencanaan struktur. Coba bayangkan bila seandainya parameter2 tersebut diatas tidak ada?. Kira2 bisa ndak ya proses desain struktur dilakukan? smile_sarcastic

Tentunya tidak kan smile_regular hehe…

Nah, setelah kita mengetahui betapa pentingnya keberadaan parameter2 tersebut, sekarang timbul pertanyaan, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan f’c, fs, fy, fu, εs, εy, εc,  Ec dan Es ?, apa sih yang dimaksud dengan tegangan leleh dan regangan leleh itu ?

Sebelum kita akan membahas parameter-parameter tersebut lebih lanjut, mungkin ada baiknya kita cari tahu dahulu tentang  apa sih yang dimaksud dengan tegangan, regangan dan modulus elastisitas itu …

Yuk kita berkenalan dengan mereka… smile_nerd

TEGANGAN

katrol2

Bila kita hendak mengangkat sebuah benda tetapi kita tidak memiliki mesin angkat maka benda tersebut dapat kita angkat dengan menggunakan bantuan katrol dan tali. katrol menancap erat pada balok diatasnya dan tali ditempatkan pada rol katrol. Apa yang terjadi pada kasus ini ?  benda tersebut bergantung pada salah satu ujung tali dan ditarik oleh kita pada ujung yang lainnya. Tali yang tertarik akan tegang sehingga  balok katrol dapat dianggap  sebagai sebuah struktur.

Dari yang sudah kita pelajari pada teori kekuatan bahan, bahwasanya tegangan tarik dapat ditentukan dengan membagi berat beban ( berat dari benda yang menggantung pada tali ) dengan luas penampang elemennya ( tali yang memegang benda tersebut ).

keadaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

σ  =  N / A

dimana :

σ   =   tegangan normal

N   =   gaya longitudinal (aksial)

A   =   luas penampang tali

Jadi disini bisa disimpulkan, bahwasanya tegangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada tali dengan luas penampang tali itu sendiri.

Penyebab terjadinya tegangan pada suatu benda, tidak hanya dari gaya tarik saja, tapi juga bisa dari gaya tekan dan gaya lentur. Karena disini yang dijadikan contoh adalah benda yang diangkat tali melalui rol katrol, maka yang bekerja adalah gaya tarik.

Secara redaksional, tegangan dapat diartikan sebagai berikut :

Tegangan (Stress)

Tegangan adalah “ Perbandingan antara gaya tarik atau tekan yang bekerja terhadap luas penampang benda” .

σ  =  N / A

REGANGAN

Benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali , sehingga tali memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali mengalami pertambahan panjang (istilah jawanya : ‘modot atau melur’).

regangan1

Jika pada akhirnya tali telah mengalami pertambahan sejauh Δl dari yang semula sepanjang L, maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :

ε   =   ΔL / L

dimana :  ΔL   =  perubahan panjang (perpanjangan)…………… (satuan panjang)

                L    =  panjang awal (panjang semula)………………… (satuan panjang)

karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.

Regangan (Strain)

Regangan adalah “Perbandingan antara pertambahan panjang (ΔL) terhadap panjang mula-mula(L)”
Regangan dinotasikan dengan ε dan tidak mempunyai satuan.

MODULUS ELASTISITAS

Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika meregang adalah berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas bahannya. dan elastisitas yang dimiliki oleh tiap2 benda tergantung dari jenis bahan apakah benda itu terbuat.

Sebagai suatu contoh, anda akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang  daripada besi pegas yang biasanya dipakai untuk melatih otot dada.

untuk merenggangkan sebuah besi pegas, anda akan membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga yang anda butuhkan untuk merenggangkan sebuah karet gelang.

Image 6

Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang,  dan mengakibatkan pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi pada setiap keadaan tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja padanya

Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau dipendekan (istilah jawanya : gampang molor). Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.

Dari sini sudah bisa disimpulkan bahwasanya regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya. Ini dinyatakan dengan rumus :

  ε  =  σ / E  atau σ  =  E  x  ε

rumus ini dikenal sebagai hukum Hooke.

Dalam rumus ini, (E) adalah parameter modulus elastisitas atau modulus young. Modulus ini adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu. Seperti yang diuraikan diatas, tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri yang memberi gambaran mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau beban tarik. Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan

—————————————————————————————————————————————————————————-

catatan :

tidak semua regangan selalu berbanding lurus dengan tegangan, ada sebuah keadaan dimana regangan sama sekali tidak berbanding lurus tegangan, dan ada juga regangan yang berbanding lurus dengan tegangan hanya pada suatu kondisi tertentu saja, tapi dikondisi lain regangannya sudah tidak berbanding lurus lagi dengan tegangannya.

mengapa demikian ? nanti akan saya jelaskan setelah ini.

—————————————————————————————————————————————–

Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu.

Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan. begitu pula sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan

Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium), baja adalah material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus elastisitas yang tinggi.

HUBUNGAN TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS ELASTISITAS

Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi gaya tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang sebesar gaya (N) dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya tersebut dari (N) = 0 kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda tersebut akan meregang (memendek/ memanjang/ membengkok) sebesar ε0 sampai dengan ε.

Sekarang perhatikan gambar berikut.

regangan1 Andaikata batang dengan panjang L ditarik hingga menjadi dua kali panjang semula, atau dengan kata lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan panjang semula, sehingga ΔL = L.

ini berarti  ε   =   ΔL / L

               ε   =   L / L

                ε   =   1 ….. (pers. 1)

Jika persamaan 1 dimasukan ke hukum hooke  ε  =  σ / E, maka didapat  1  =  σ / E

Ini berarti   σ = E

Nah sobat, sekarang terlihat berapa besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk meregangkan sebuah benda menjadi dua kali dari panjang semula, yaitu sebesar modulus elastisitasnya (dengan anggapan luas penampangnya tidak berubah)  wuihh,… gede banget ckckck… 🙂

Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam bentuk titik-titik, maka titik-titik tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear) sehingga terdapat kesebandingan antara tegangan dan regangan. (lihat gambar bawah)

GRAFIK TEGANGAN-Model

Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum hooke berlaku dalam keadaan ini.

Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan dalam bentuk titik2, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya. (lihat gambar bawah).

GRAFIK TEGANGAN2-Model

Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah non-linear, dimana regangan tidak berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis non-linear, dimana bahannya tidak memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum hooke tidak berlaku dalam keadaan ini.

Ada juga sob, suatu keadaan hubungan tegangan-regangan dimana hubungan linearnya terjadi pada nilai tegangan yang rendah (hukum hooke berlaku) , dan setelah nilai tegangannya naik maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga hukum hooke tidak berlaku  (lihat gambar bawah)

PLASTIS INELASTIS

Nah sob, ngomong2, baja masuk dalam kategori benda yang memiliki bentuk hubungan tegangan-regangan yang mirip seperti ini lho,… hehehe

ELASTIS & PLASTIS

Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda tersebut akan meregang (berdeformasi memanjang atau memendek), Namun jika suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka benda tersebut akan kembali seperti semula (seperti sebelum diberi gaya). Keadaan ini disebut sebagai keadaan elastis, yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari bentuk deformasinya ketika beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan.

Contohnya adalah karet gelang. Jika sobat menarik karet gelang, maka karet akan mulur panjang, tapi jika sobat melepaskannya maka karet akan kembali seperti sediakala.

Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi.

 GRAFIK TEGANGAN4-Model

Namun ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban yang bekerja pada benda tersebut ditambah besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali ke bentuk semula atau kembali seperti sebelum benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini disebut sebagai keadaan Plastis atau Inelastis.

PLASTIS INELASTIS2

Pada kondisi awal dimana beban bekerja, perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban dihilangkan. Tapi jika beban terus ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah, maka pada suatu titik atau batas tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias terjadi regangan permanen. Nah,… titik dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi) secara permanen adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi disebut sebagai regangan leleh dan tegangan yang mengakibatkannya disebut tegangan leleh.

Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan sudah tidak linear lagi, perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis lagi, tapi sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali-kali lipat jika dibandingkan saat deformasinya masih elastis. Dan seandainya tegangan terus ditambah, maka pada suatu titik tertentu perpanjangan (deformasi) akan mencapai batasnya.

Titik saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik batas atau titik ultimate. Dimana saat titik ini tercapai, deformasi benda sudah mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus / runtuh saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan) yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun setelah titik batas tercapai (lihat gambar atas), sehingga sampai suatu titik dimana deformasi (regangan)  sudah mencapai putus (runtuhnya).

Titik dimana regangan sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus / runtuh, dan regangan yang terjadi disebut sebagai regangan putus/runtuh.

DAKTALITAS

GRAFIK TEGANGAN - REGANGAN2

Sekarang coba perhatikan alur keruntuhan dari sebuah benda dengan alur seperti gambar diatas , yaitu dimulai dari titik awal (tegangan = 0 dan regangan = 0) hingga mencapai titik putus/runtuh. Disini terlihat, bahwasanya saat deformasi benda sudah mencapai batas elastisnya (sudah mencapai titik leleh), benda tidak langsung putus, tetapi mengembangkan regangannya terlebih dahulu hingga mencapai titik batasnya baru kemudian runtuh/putus.

Nah sobat,… benda yang memiliki kemampuan seperti ini, yaitu sanggup mengembangkan regangannya sampai batas maksimal setelah terjadi pelelehan (mencapai titik leleh) disebut sebagai benda yang daktail. Semakin daktail suatu benda, maka semakin besar benda tersebut bisa mengembangkan regangan diatas titik lelehnya (kurva warna merahnya semakin panjang), dan sebaliknya semakin tidak daktail suatu benda, maka semakin kecil benda tersebut bisa mengembangkan regangan diatas titik lelehnya (kurva warna merahnya semakin pendek).

Jadi, secara singkat daktalitas bisa diartikan sebagai berikut :

Kemampuan sebuah benda untuk mengembangkan regangan diatas titik lelehnya

Tentu saja tidak semua benda memilki mekanisme keruntuhan dengan alur seperti yang saya uraikan diatas. Ada benda yang mana ketika regangannya sudah mencapai leleh, maka saat itu juga regangan putus terjadi, jadi regangan leleh sama dengan regangan putusnya atau dengan kata lain, saat terjadi titik leleh maka saat itu benda langsung putus. Kita ambil contoh yang paling mudah, semisal karet, saat sobat menarik karet sehingga karet mengalami perpanjangan, maka ketika perpanjangan sudah mencapai batas (titik leleh), maka disitu karet langsung putus, jadi tidak ada pengambangan regangan seperti yang saya uraikan diatas.

Ngomong2 soal daktalitas,. baja tulangan termasuk benda yang memilki daktalitas yang tinggi lho,.. yang konon sifat inilah yang membuat baja tulangan (sampai sekarang) selalu dikolaborasikan dengan beton selain sifat utamanya, yaitu kuat menahan beban tarik.

Nah sob,… salah satu sifat atau perilaku dari materal baja inilah yang harus kita pelajari dalam kaitannya untuk memahami pengertian fs, fy, fu, εs dan εy.

Mengenai, seperti apa dan bagamana sifat atau perilaku dari material baja tersebut, Insya Alloh akan dibahas pada posting selanjutnya yang berjudul “ Memahami Perilaku Material Baja”

Berikut adalah sekilas preview mengenai perilaku material baja tulangan sebagai bahan untuk diskusi kita selanjutnya

BAJA TULANGAN

grafk regangan baja

Perilaku materal baja tulangan dinyatakan dalam bentuk kurva hubungan tegangan-regangan seperti diatas.

Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari baja tulangan, dimulai dari titik awal (tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara kontinue beban terus ditingkatkan hingga akhirnya baja mengalami keruntuhan (putus) .

  1. Fase elastis
  2. Fase Plastis
  3. Fase Strain hardening
  4. Fase Necking